KB.1 Hakikat dan Teori Konflik Sosial | Sosiologi XI Sem Genap
A. Konflik Sosial
Konflik merupakan fenomena yang wajar dalam kehidupan sosial. Konflik timbul karena adanya interaksi antarindividu atau kelompok. Interaksi sosial tidak selamanya berjalan secara serasi, selaras, dan seimbang sesuai nilai dan norma. Akan tetapi, interaksi dalam masyarakat juga dapat menimbulkan konflik sosial. Apa itu konflik sosial? Berikut penjelasannya.
Istilah
konflik berasal dari Bahasa latin, yaitu configure yang artinya saling memukul.
Secara umum, konflik dapat diartikan sebagai perbedaan pendapat, kepentingan,
atau tujuan antara dua atau lebih pihak yang mempunyai objek yang sama dan
membawa pada perpecahan. Sementara itu, definisi konflik secara sosiologis
dapat diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga
kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menjatuhkan pihak lain. Adapun
pengertian konflik menurut para ahli sebagi berikut.
a. Ariyono suyono, mengatakan konflik adalah
proses keadaan di mana dua pihak berusaha menggagalkan tercapainya tujuan
masing-masing disebabkan adanya perbedaan pendapat, nilai-nilai ataupun
tuntutan dari masing-masing pihak.
b. Hendropuspito, mengemukakan bahwa konflik
adalah suatu proses yang dilakukan dua pihak dalam usahnya menyingkirkan pihak
lain dengan cara menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya.
c. Robert M.Z. lawang, berpendapat bahwa konflik
adalah perjuangan untuk memperoleh nilai, status, kekuasaan, di mana tujuan
dari mereka yang berkonflik tidak hanya memperoleh keuntungan tetapi
untuk menundukan saingannya.
d. Soejono Soekanto, konflik sosial adalah
pertentangan sosial yang bertujuan untuk menguasai atau menghancurkan pihak
lawan tanpa memperhatikan norma dan nilai yang berlaku.
Dari
beberapa pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa konflik sosial
adalah suatu pertentangan antarindividu ataupun antarkelompok dalam masyarakat
karena ada perbedaan yang diikuti usaha menundukan pihal lain atau lawan.
2. Teori konflik sosial
Teori
konflik sosial dibedakan menjadi dua, yaitu teori sosiologi konflik klasik dan
teori sosiologi konflik kontemporer
a. Teori sosiologi konflik klasik
Tokoh-tokoh
teori sosiologi konflik klasik beranggapan bahwa munculnya konflik dalam
masyarakat disebabkan karena adanya perjuangan antar kelas sosial dalam
masyarakat. Adapun tokoh yang dapat digolongkan dalam sosiologi konflik klasik
adalah :
1) Ibnu Khaldun
Menurut
Ibnu Khaldun, dinamika konflik dalam sejarah manusia ditemtukan oleh keberadaan
kelompok sosial yang bebasis identitas, golongan, etnis, maupun tribal
(kesukuan). Adanya kelompok sosial ini ikut berkontribusi terhadap munculnya
konflik.
2) Karl Marx
Menurut
Karl Marx, sebuah konflik muncul karena adanya pertentangan atau konflik
kepentingan yang tidak bisa dihindari antara kelas borjuis dengan kelas
proletar. Kelas borjuis adalah kelompok yang memegang kekuasaan mengatur
masyarakat yang terdiri dari atas orang-orang kaya yang menguasai alat-alat
produksi. Sementara itu, kelas proletar adalah kelompok yang diatur para
pekerja yang tereksploitasi sebagai buruh bayaran yang bekerja pada
pabrik-pabrik milik borjuis. Marx melihat bahwa kelas proletar dimiskinkan oleh
sistem kapitalis sejak mereka tidak memperoleh bagi keuntungan yang adil.
3) Max Weber
Menurut
Max Weber, konflik merupakan manifestasi tindkan manusia untuk meraih
posisi-posisi dalam setiap stratifikasi sosial, seperti ekonomi, status, dan
politik. Konflik muncul dalam setiap
stratifikasi sosial hal ini muncul karena stratifikasi merupakan posisi yang
pantas diperjuangkan oleh manusia.
4) Emile Durkheim
Emile
Durkheim memberikan pemikirannya yang disebut fakta sosial. Seserang hidup
tidak lepas dari kelompoknya. Fakta sosial yang berada diluar memaksa terhadap
tindakan individu. Individu bergerak atas dasar nilai sosial dalam masyarakat (di luar individu) dan terpaksa. Jika
seseorang mengalami persengketaan dengan norma di masyarakatnya, muncullah
konflik.
5) George Simmel
Georgr
Simmel menganggap bahwa fenomena konflik dipandang sebagai proses sosiasi,
yaitu proses yang menghubungkan bagian-bagian menjadi keseluruhan sistem atau
menghubungkan antarindividu menjadi masyarakat. Sosiasi bisa menciptakan
asosiasi (persatuan) dan disasosiasi. Disasosiasi merupakan interaksi yang
mengarah pada perpecahan. Adanya disasosiasi inilah yang menyebabkan munculnya
konflik dalam masyarakat.
b. Teori sosiologi konflik kotemporer
Adanya
teori ini memberikan pemikiran baru dalam melihat konflik melalui kaca mata
sosiologi. Adapun tokoh teori ini yaitu :
1) Ralf Dandorf
Ralf
Dandorf, berpendapat bahwa konflik muncul karena adnya relasi-relasi sosial
dalam sistem (masyarakat).relasi-relasi dalam masyarakat ini ditentukan oleh
kekuasaan. Koflik tersebut terjadi apabila orang-orang yang tertindas oleh
mereka yang memiliki kekuasaan melakukan perlawanan untuk menempati posisi yang
berkuasa. Hal ini akan berlangsung secara terus menerus dan menjadi siklus yang
tak berakhir.
2) Lewis Coser,
Menurut
lewis coser, konflik yang terjadi di masyarakat memiliki fungsi positif.
Menurutnya, melalui perubahan-perubahan yang terjadi sebagai akibat dari adanya
konflik memungkinkan perubahan tersebut membawa manfaat bagi masyarakat.
3. Faktor-faktor yang menyebabkan konflik sosial
Konflik
yang terjadi di masyarakat diakibatkan oleh beberapa faktor. Berikut faktor
yang menyebabkan terjadinya konflik.
a. Perbedaan Individu
Setiap individu memiliki cara pandang dan sifat yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut dapat menyebabkan pertentangan antar individu. Semua pihak ingin mementingkan egonya masing-masing. Misalnya, konflik antara dua orang anak yang berbeda pendapat ketika berdiskusi
b. Perbedaan kebudayaan
Setiap lingkungan keluarga dan masyarakat memiliki kebiasaan, nilai dan norma sosial yang dianut oleh masing-masing orang dapat menyebabkan konflik jika semua pihak tidak mencoba memahami nilai dan norma satu sama lain.
c. Perbedaan kepentingan
Manusia membutuhkan proses peergaulan dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan lahiriah hingga membentuk dirinya. Adapun tingkat kebutuhan individu berbeda-beda. Perbedaan tersebut menyebabkan kepentingan setiap individu atau kelompok berbeda-beda. Contohnya dalam kasus penggusuran rumah di bantaran sungai oleh Satpol PP
d. Perbedaan Etnis
Masyarakat
terdiri dari berbagai etnis. Masing-masing etnis mengembangkan budaya, nilai,
dan normanya masing-masing.perbedaan tersebut dapat meyebabkan pertentangan
antar etnis yang satu dengan yang lainnya. Hal tersebut diperparah dengan
adanya primordialisme dan etnosentrisme yang tumbuh pada masing-masing etnis.
Paham tersebut menyebabkan terjadinya konflik antaretnis.
e. Perbedaan Ras
Masyarakat
dunia berasal dari ras yang berbeda-beda dengan ciri-ciri fisiknya
masing-masing. Perbedaan ciri fisik setiap ras diperuncing oleh adanya
perbedaan ekonomi, sosial dan budaya dapat mendorong lahirnya konflik dalam
masyarakat. Konflik rasial muncul karena adanya dominasi ras yang dilakukan
oleh ras mayoritas terhadap ras minoritas. Selain itu, kondlik ras juga dapat
terjadi karena adanya kecemburuan sosial terhadap ras minoritas yang memiliki
kekuatan ekonomi lebih besar daripada ras mayoritas.
f. Perbedaan Agama
Masyarakat
memiliki hak menganut agama sesuai keprcayaannya. Namun, perbedaan agama
berpotensi menimbulkan pergesekan dalam masyarakat. Sebenarnya, agama bukan
pencetus utama terjadinya suatu konflik sosial. Dalam banyak kasus yang sering
terjadi, konflik agama sebagai dampak negatif dari rentetan konflik yang
terjadi sebelumnya.
Soejono Soekanto merumuskan faktor-faktor
penyebab konflik sosial di masyarakat sebagi berikut.
a. Bentrokan kepentingan, baik ekonomi mapun
politik
b. Perbedaan antarindividu karena perasaan,
pendirian dan pendapat
c. Perubahan sosial dalam masyarakat dapat
mengubah nilai sosial sehingga menimbulkan perbedaan pendirian.
Silahkan Download LK. 1 Konflik Sosial
Tidak ada komentar